Pulau Paskah, disebut Rapa Nui oleh penduduk asli
Polinesia, adalah satu dari pulau terisolasi di dunia. Namun, sekitar 1200
tahun lalu sebuah kano diisi oleh sejumlah pelaut dari budaya yang sangat jauh
mendarat di pantai-pantainya, menurut sejarah lisan yang dicatat para
misionaris pada 1860-an.
Secara geografis Pulau Paskah adalah sebuah pulau di Cile di sebelah tenggara
Samudera Pasifik, bagian paling Tenggara Segitiga Polinesia. Yang sangat
dikenal di sana, ada 887 patung-patung monumental, disebut Moai, diciptakan
pada masa awal Rapa Nui.
UNESCO menamai Pulau Paskah sebagai situs warisan dunia pada 1995. Ada banyak
pulau yang dilindungi di dalam Taman Nasional Rapa Nui.
Moai, patung Rapa Nui yang misterius itu berdiri kokoh dalam diam, tapi
bercerita banyak tentang penciptaan mereka. Balok batu diukir berbentuk kepala,
tinggi rata-rata mereka adalah 13 kaki atau sekitar empat meter, dengan berat
luar biasa, 14 ton.
Upaya membangun monumen itu, memindahkannya di sekitar Pulau Paskah, pastilah
sangat besar. Namun, tak ada yang tahu persis apa alasan pendatang di Rapa Nui
mengerjakan tugas berat itu. Ahli sejarah berspekulasi, Moai diciptakan untuk
menghormati leluhur, kepala, dan tokoh penting lain.
Tetap saja, tidak ada bukti tertulis, juga sangat sedikit sejarah lisan yang
ada di pulau itu sehingga tak mungkin memastikannya. Masyarakat Polinesia
berkembang di lokasi yang sepertinya mustahil didiami. Jiwa tangguh mereka
berlayar dengan armada perahu cadik kayu menuju satu titik kecil di belantara
Samudra Pasifik.
Di pulau terisolasi, 2300 mil atau sekitar 3700 meter dari barat Amerika
Selatan dan 1.100 mil atau sekitar 1.770 kilometer dari pulau tetangga
terdekat, orang-orang Rapa Nui mengembangkan budaya arsitektur dan artistik
berbeda, seperti dilansir dari laman National Geographic.
Budaya itu mencapai puncaknya pada abad ke-10 sampai abad ke-16. Yaitu, ketika
para pendatang di Rapa Nui mengukir dan mendirikan sekitar 900 Moai di penjuru
pulau. Banyak yang berpendapat, musnahnya Rapa Nui disebabkan bencana lingkungan
yang mereka ciptakan sendiri.
Tidak jelas, kapan pertama kali pulau ditempati.
Perkiraannya berkisar dari 800 sampai 1200 Masehi. Seberapa cepat
ekosistem di Pulau Paskah hancur juga masih diselimuti misteri. Namun, faktor
utama tampaknya akibat pemotongan jutaan pohon raksasa untuk membersihkan
ladang atau dengan membuat api.
Saat bangsa Eropa tiba pada 1722, mereka menemukan sebagian besar Pulau Paskah
tandus, hanya segelintir penduduk di sana. Nama Pulau Paskah diberikan oleh orang Eropa yang pertama kali menginjakkan
kaki di pulau tersebut. Jacob Roggeveen adalah penjelajah Belanda yang
menemukan pulau pada hari Minggu Paskah, 5 April 1722, saat dia sedang mencari
pulau David. Roggeveen menamakannya Paasch-Eyland yang berarti Easter Islanda atau Pulau
Paskah.
Sekarang, banyak wisatawan datang berkunjung. Sebagian besar mengunjungi
tambang Rano Raraku, yang dulunya menghasilkan batu untuk membuat seluruh Moai
di pulau itu. Penduduk kuno Rapa Nui meninggalkan tambang dalam kondisi
menarik.
Tempat itu menjadi rumah untuk sekitar 400 patung yang tampak sedang dalam
tahap penyelesaian. Sementara itu, hampir di seluruh Pulau Paskah, banyak Moai kembali pada proses
penciptaan awal. Kondisi Moai memburuk, kembali ke ukiran batu polos. Batu
vulkanik Moia tunduk pada proses pelapukan alam. Perlu upaya konservasi untuk membantu melestarikan Rapa Nui sebagai batu
warisan dunia di masa sekarang yang menakjubkan negara.
Rapanui Bukan Nama Asli Pulau Paskah
Perlu diketahui bahwa nama "Rapa Nui" bukan nama asli Pulau Paskah
yang diberikan oleh suku Rapanui. Nama itu diciptakan oleh para imigran pekerja
dari suku asli Rapa di Kepulauan Bass yang menyamakannya dengan kampung
halamannya. Nama yang diberikan suku Rapanui bagi pulau ini adalah Te pito o te
henua ("Puser Dunia") karena keterpencilannya, namun sebutan ini juga
diambil dari lokasi lain, mungkin dari sebuah bangunan di Marquesas.
Menurut legenda dicatat oleh para misionaris pada 1860-an, awalnya pulau
yang sangat jelas sistem kelas, dengan ariki, raja, mutlak memegang kekuasaan
dewa-seperti sejak hotu Matu'a telah tiba di pulau itu. Unsur yang paling
menonjol dalam budaya produksi besar-besaran Moai yang merupakan bagian dari
penyembahan leluhur. Dengan Susunan bersatu ketat, Moai itu sebagian besar
pemerintahan yang terpusat.